Senin, 24 Oktober 2016

Ilmu Budaya Dasar ( Bagian 3 )






Pengertian Puisi 

 

 

            Suharianto (1981:46) menyatakan bahwa puisi dapatlah diungkapkan sebagai duta peasaan dan pikiran penyair. Puisi hidup saat manusia menemukan kesenangan dalam bahasa puisi dan merupakan pengalaman yang uni.

 

            Tarigan (1984:4) mengakatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poisis yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggis puisi disebut Poetry yang berarti puisi, Poet berarti penyair, Poem yang berarti syair. Namun, arti yang semacam ini lama-kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu yang menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan. Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan. Rizanur (198 : 148) menyatakan bahwa puisi adalah sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan lebih padat daripada pemakaian bahasa biasa.

 

            Badrun (1989:2) menyatakan bahwa puisi pada hakikatnya mengomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Fungsi tersebut bukanlah menerangkan sejumlah pengalaman tetapi membiarkan untu terlibat secara imajinatif dalam pengalaman itu.

 

            Pradopo (dalam Badrun 1989:1) memaparkan puisi sebagai karya seni puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Sesuatu disebut puitis khususnya dalam karya sastra bila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, dan secara umum bila hal itu menimbulkan kaharuan.
 
 
Raminah (1990:3) menyatakan puisi adalah ungkapan perasaaan, kesan atau kenangan dengan pengucapan yang memusat, padat dan intensif. Waluyo (1991:25) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif, serta disusun menggunakan bahasa dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan batin.
 
            Menurut Sumardi dan Abdul Rozak Zaidan (1997:3) menyatakan bahwa puisi adalah karangan bahasa yang khas memuat pengalaman dan disusun secara khas juga. Kekhasan susuna  bahasa dan susunan peristiwa itu diharapkan dapat menggugah rasa terharu pembaca.
 
            Dari pendapat para sastrawan di atas jelas penyair adalah orang yang menciptakan pengalaman. Puisi mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia. Pertama kali yang kita peroleh ketika membaca sebuah puisi semakin banyak pula pengalaman imajinatif. Melalui imajinatif kita lebih hidup sempurna, lebih dalam, labih kaya dan penuh kehati-hatian. Dapat disimpulkan bahwa puisi merupaan pendramaan pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam bahasa yang beriama.

 
 
 
 
 
Ciri-ciri Puisi
 
Ciri-ciri puisi dari segi kebahasaan atau bentuk adalah sebagai berikut:
 
1.      Pemadatan Bahasa.
 
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika puisi itu dibaca deretan kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea,tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. Larik memiliki makna yang lebih lus dari kalimat. Dengan perwuujdan tersebut, diharapkan kata atau frasa juga memiliki makna yang lebih luas daripada kalimat biasa.
 
 
2.      Pemilihan Kata Khas
 
Tidak semua kata-katanya khas puisi, pasti ada kata-kata yang jelas seperti dalam prosa atau bahasa sehari-hari. Kalau semua kata-katanya puisi,puisinya menjadi gelap dan sulit dipahami.
 
      Kata-kata yang dipilih penyair  dipertimbangkan betul dari berbagai aspek pengucapannya. Tidak jarang kata-kata tertentu dicoret beberapa kali karena belum secara tepat mewakili pikran dan suara hati penyair (Jassin dalam Waluyo,2005:3)
 
      Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata adalah sebagai berikut:
 
a.       Makna Kias
 
Puisi adalah genre sastra yang paling banyak menggunakan makna kias.dalam puisi makna kias mudah dipahami karena diberi penjelsan pada baris berikutnya.
 
b.      Lambang
 
Dalam puisi, banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal/ benda dengan hal/benda lain. Ada lambang yang berrsifat loka,kedaerahan,nasional, ada juga yang bersifat universal (berlaku untuk semua manusia).
 
            Jenis-jenis lambang yang ada dalam puisi meliputi lambang benda,lambang warna,lambang bunyi, dan lambang suasana.
 
            Lambang warna memberi makna tambahan pada warna untuk menggantikan atau menambah makna sesungguhnya (makna denotasi).
 
            Lambang bunyi arrtinya makna khusus yang diciptakan oleh bunyi-bunyi tetentu.
 
            Lambang suasana artinya peristiwa atau keadaan yang tidak digambarkan seperti apa adanya, tetapi diganti dengan keadaan lain.
 
c.       Persamaan Bunyi atau Rima
 
Pemilhan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan kata yang harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan kosentrasi dan kekutan bahasa atau sering disebut daya gaib kata seperti dalam mantra.
 
                                   
3.      Kata Kongkret
 
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih kongkret. Oleh karena itu,         kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasakan lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya.
 
Untuk membangkitkan imajinasi (daya bayang) pembaca, makna kata-kata harus dipekonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Sepeti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini erat juga hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat,mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan  penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya.
 
4.      Bahasa Figuratif
 
Penyair menggunakan bahasa yang bersususn atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara yang tidak lansung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang.
 
Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud oleh penyair, karena : (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesengan imajinatif; (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi,sehingga yang abstrak jadi konret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca; (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinyandan menyampaikan sikap penyair; (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak dismapaikan dan cara menyampaikan  sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrin dalam Waluyo).
 
5.      Versifikasi ( Rima, Ritma)
 
a.       Rima
 
Pengulangan bunyi dalam puisi membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan  pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, penyair juga menimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemlihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasan puisi.
 
b.      Ritma
 
Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan berhubungan juga dengan pengulangan bunyi,kata, frasa, dan kalimat.  Slametmuljana menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi:tinggi/rendah, panjang/pendek,keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membetuk keindahan.
 
                                     
6.      Tata Wajah (Tipografi)
 
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun berbentuk bait. Baris puisi tidak bemula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.  Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hala mana tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi.
 
 
 
 
 
Kepuitisan



Puitis identik dengan keindahan. Tidak lengkap pembicaan tentang kepuitisan kalau tidak dihubungkan dengan keindahan. Wujud kepuitisan adalah sesuatu yang abstrak. Sukar dinyatakan bagaimana persis puitis itu. Sama dengan keindahan ,puitis berkaitan dengan pikiran,perasaan,pengetahuan, dan pengalaman seseorang. Oleh sebab itu kepuitisan bersifat subjek. Sesuatu yang puitis bagi seseorang belum tentu puitis bagi orang lain (Atmazaki:19).

 

Puitis adalah sifat khas yang selalu melekat pada sajak atau sastra pada umumnya,maka pembicaraan tentang kepuitisan tidak lepas dari pembicaraan karya sastra. Hanya karya sastra yang mengandung kepuitisan. Oleh sebab itu kepuitisan berkaitan dengan bahasa dan unsur-unsur lain yang membangun karya sastra. Tegasnya, kepuitisan adalah sifat khas yang pengungkapan sesuatu dengan menggunakan bahasa.

 

Puitis adalah suasana tertentu yang berada dan dimunculkan oleh karya sastra:puitis adalah efek yang tertentu yang ditangkap pembaca atau pendengar dari dalam karya sastra,yang secara dominan terdapat dalam sajak.

 

Kepuitisan dan keindahan dapat saja muncul dari situasi yang absurd,mengerikan, dan misteri kalau situasi itu amampu menjangkau pikiran,perasaan,pengalaman,dan pengetahuan pembaca atau pendengar karya sastra. Kepuitisan dan keindahan yang sempurna hanya dapat terjadi pada karya sastra yang mempunyai koherensi yang kuat, yang setiap unsurnya fungsional.



Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual seperti: tipografi, susunan bentuk, ddan dengan bunyi seperti: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan itu penyairmempergunakan banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis sebanyak mungkin. Antara unsur penyataan (ekspresi), saana kepuitisan yang satu dengan yang lainnya saling membantu, saling memperkuat, dengan kesejajarannya ataupun pertentangannya, semua itu untuk mendaatka kepuitisan seefektif mungkin, dan seintensif mungkin (Pradopo 1999:13).












ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI

 

Pembahasan puisi dalam rangka pengjaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan di arahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi dapat di pakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.

 

Kepuitisan, keartistikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :

 

1.       Figura bahasa (figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar,hidup,menarik dan memberikan kejelasan gambaran angan.

 

2.       Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.

 

3.       Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi prasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.

 

4.       Kata-kata konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nila-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.

 

5.       Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

 

Adapun alasan-alasan yang melandasi penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagi berikut :

 


1.       Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia

 

Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat di lakukan dengan suatu kemampuan yang di sebut “imaginative entry” yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang di tuangkan penyair dalam puisinya.

 

2.       Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.

 

Dengan membaca puisi mahasiswa dapat di ajak untuk dapat menjenguk hati/penyair manusia, baik orang lain maupun diri sendiri.

 

3.       Puisi dan keinsyafan sosial

 

Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk social, yang terlibat dalam issue dan problem social. Secara imaginative puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :

 

Ø  Penderitaan atas ketidakadilan

 

Ø  Perjuangan untuk kekuasaan

 

Ø  Konflik dengan sesama

 

Ø  Pemberontakan terhadap hukum Tuhan

 

 

 

 

Alasan mengapa puisi dihubungkan dengan ilmu budaya dasar :

 

a)      Puisi mencerminkan budaya si penulis

b)      Puisi memiliki berbagai gaya bahasa,dan bahasa merupakan salah satu unsur budaya

c)      Puisi merupakan bagian dari kesenian,dan kesenian adalah salah satu unsur budaya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gunadarma
 
 
Setiap pagi aku selalu datang
 
Untuk menuntut ilmu pengetahuan
 
Sangat istimewa berada di kampus tercinta pada pagi hari
 
Alangkah indah mencari ilmu dengan sungguh-sungguh
 
 
 
 
Terimakasih Universitas Gunadarma
 
Terimakasih para dosen Gunadarma
 
Telah mendidik-ku sepanjang waktu
 
Membuat aku kagum padamu
 
Semoga harapan-ku tercapai selama di  Gunadarma
 
Aku berjuang di kampus ini
 
Semoga kelak menjadi orang yang berguna
 
 
 
Aku juga senang kuliah di Gunadarma
 
Karena …
 
Aku bertemu dan  bersama
 
keluarga dan lingkungan baru yang berbeda-beda suku bangsa
 
Semoga kita bisa mencapai IPK yang dinginkan
 
Dan lulus kuliah bersama ( 4 /3,5 tahun )... Aamiin.
 
 
 
Terimakasih Gunadarma...
 
 
 

Sumber :


http://galihandikamp.blogspot.co.id/2015/03/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam.html#!/2015/03/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar