Pengertian Puisi
Suharianto (1981:46) menyatakan
bahwa puisi dapatlah diungkapkan sebagai duta peasaan dan pikiran penyair.
Puisi hidup saat manusia menemukan kesenangan dalam bahasa puisi dan merupakan
pengalaman yang uni.
Tarigan (1984:4) mengakatakan bahwa
kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poisis yang berarti penciptaan. Dalam
bahasa Inggis puisi disebut Poetry yang berarti puisi, Poet berarti penyair,
Poem yang berarti syair. Namun, arti yang semacam ini lama-kelamaan dipersempit
ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut
syarat-syarat tertentu yang menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan.
Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan. Rizanur (198 : 148)
menyatakan bahwa puisi adalah sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan
lebih padat daripada pemakaian bahasa biasa.
Badrun (1989:2) menyatakan bahwa
puisi pada hakikatnya mengomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena
puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Fungsi tersebut bukanlah menerangkan
sejumlah pengalaman tetapi membiarkan untu terlibat secara imajinatif dalam
pengalaman itu.
Pradopo (dalam Badrun 1989:1)
memaparkan puisi sebagai karya seni puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai
keindahan yang khusus untuk puisi. Sesuatu disebut puitis khususnya dalam karya
sastra bila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan
tanggapan yang jelas, dan secara umum bila hal itu menimbulkan kaharuan.
Raminah (1990:3)
menyatakan puisi adalah ungkapan perasaaan, kesan atau kenangan dengan
pengucapan yang memusat, padat dan intensif. Waluyo (1991:25) menyatakan bahwa
puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif, serta disusun menggunakan bahasa dengan mengkonsentrasikan
struktur fisik dan batin.
Menurut Sumardi dan Abdul Rozak
Zaidan (1997:3) menyatakan bahwa puisi adalah karangan bahasa yang khas memuat
pengalaman dan disusun secara khas juga. Kekhasan susuna bahasa dan susunan peristiwa itu diharapkan
dapat menggugah rasa terharu pembaca.
Dari pendapat para sastrawan di
atas jelas penyair adalah orang yang menciptakan pengalaman. Puisi
mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat
dan terorganisasi. Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia.
Pertama kali yang kita peroleh ketika membaca sebuah puisi semakin banyak pula
pengalaman imajinatif. Melalui imajinatif kita lebih hidup sempurna, lebih
dalam, labih kaya dan penuh kehati-hatian. Dapat disimpulkan bahwa puisi
merupaan pendramaan pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam bahasa yang
beriama.
Ciri-ciri
Puisi
Ciri-ciri puisi dari segi kebahasaan atau bentuk
adalah sebagai berikut:
1. Pemadatan Bahasa.
Bahasa dipadatkan agar
berkekuatan gaib. Jika puisi itu dibaca deretan kata-kata tidak membentuk
kalimat dan alinea,tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda
hakikatnya. Larik memiliki makna yang lebih lus dari kalimat. Dengan perwuujdan
tersebut, diharapkan kata atau frasa juga memiliki makna yang lebih luas
daripada kalimat biasa.
2. Pemilihan Kata Khas
Tidak semua
kata-katanya khas puisi, pasti ada kata-kata yang jelas seperti dalam prosa
atau bahasa sehari-hari. Kalau semua kata-katanya puisi,puisinya menjadi gelap
dan sulit dipahami.
Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek
pengucapannya. Tidak jarang kata-kata tertentu dicoret beberapa kali karena
belum secara tepat mewakili pikran dan suara hati penyair (Jassin dalam
Waluyo,2005:3)
Faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam memilih kata adalah sebagai berikut:
a. Makna
Kias
Puisi adalah genre
sastra yang paling banyak menggunakan makna kias.dalam puisi makna kias mudah
dipahami karena diberi penjelsan pada baris berikutnya.
b. Lambang
Dalam puisi, banyak
digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal/ benda dengan hal/benda lain. Ada
lambang yang berrsifat loka,kedaerahan,nasional, ada juga yang bersifat
universal (berlaku untuk semua manusia).
Jenis-jenis lambang yang ada dalam
puisi meliputi lambang benda,lambang warna,lambang bunyi, dan lambang suasana.
Lambang warna memberi makna
tambahan pada warna untuk menggantikan atau menambah makna sesungguhnya (makna
denotasi).
Lambang bunyi arrtinya makna khusus
yang diciptakan oleh bunyi-bunyi tetentu.
Lambang suasana artinya peristiwa
atau keadaan yang tidak digambarkan seperti apa adanya, tetapi diganti dengan
keadaan lain.
c. Persamaan
Bunyi atau Rima
Pemilhan kata di dalam
sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain mempertimbangkan
kata-kata yang mempunyai persamaan kata yang harmonis. Bunyi-bunyi yang
berulang ini menciptakan kosentrasi dan kekutan bahasa atau sering disebut daya
gaib kata seperti dalam mantra.
3. Kata Kongkret
Penyair ingin
menggambarkan sesuatu secara lebih kongkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair
mungkin dirasakan lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering
lebih sulit ditafsirkan maknanya.
Untuk membangkitkan
imajinasi (daya bayang) pembaca, makna kata-kata harus dipekonkret. Maksudnya
ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Sepeti
halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini erat juga hubungannya dengan
penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka
pembaca seolah-olah melihat,mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Dengan demikian pembaca terlibat
penuh secara batin ke dalam puisinya.
4. Bahasa Figuratif
Penyair menggunakan
bahasa yang bersususn atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair
untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara yang tidak
lansung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna
lambang.
Bahasa figuratif
dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud oleh penyair, karena
: (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesengan imajinatif; (2) bahasa
figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi,sehingga
yang abstrak jadi konret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca; (3) bahasa
figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinyandan
menyampaikan sikap penyair; (4) bahasa figuratif adalah cara untuk
mengkonsentrasikan makna yang hendak dismapaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa
yang singkat (Perrin dalam Waluyo).
5. Versifikasi ( Rima, Ritma)
a. Rima
Pengulangan bunyi dalam
puisi membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu
jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, penyair juga menimbangkan lambang
bunyi. Dengan cara ini, pemlihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasan
puisi.
b. Ritma
Ritma sangat
berhubungan dengan bunyi dan berhubungan juga dengan pengulangan bunyi,kata,
frasa, dan kalimat. Slametmuljana
menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi:tinggi/rendah,
panjang/pendek,keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang
sehingga membetuk keindahan.
6. Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi
tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun berbentuk bait. Baris
puisi tidak bemula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang
memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hala mana tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah
puisi.
Kepuitisan
Puitis identik dengan
keindahan. Tidak lengkap pembicaan tentang kepuitisan kalau tidak dihubungkan
dengan keindahan. Wujud kepuitisan adalah sesuatu yang abstrak. Sukar
dinyatakan bagaimana persis puitis itu. Sama dengan keindahan ,puitis berkaitan
dengan pikiran,perasaan,pengetahuan, dan pengalaman seseorang. Oleh sebab itu
kepuitisan bersifat subjek. Sesuatu yang puitis bagi seseorang belum tentu
puitis bagi orang lain (Atmazaki:19).
Puitis adalah
sifat khas yang selalu melekat pada sajak atau sastra pada umumnya,maka
pembicaraan tentang kepuitisan tidak lepas dari pembicaraan karya sastra. Hanya
karya sastra yang mengandung kepuitisan. Oleh sebab itu kepuitisan berkaitan
dengan bahasa dan unsur-unsur lain yang membangun karya sastra. Tegasnya,
kepuitisan adalah sifat khas yang pengungkapan sesuatu dengan menggunakan
bahasa.
Puitis adalah suasana
tertentu yang berada dan dimunculkan oleh karya sastra:puitis adalah efek yang
tertentu yang ditangkap pembaca atau pendengar dari dalam karya sastra,yang
secara dominan terdapat dalam sajak.
Kepuitisan dan
keindahan dapat saja muncul dari situasi yang absurd,mengerikan, dan misteri
kalau situasi itu amampu menjangkau pikiran,perasaan,pengalaman,dan pengetahuan
pembaca atau pendengar karya sastra. Kepuitisan dan keindahan yang sempurna
hanya dapat terjadi pada karya sastra yang mempunyai koherensi yang kuat, yang
setiap unsurnya fungsional.
Kepuitisan itu dapat
dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual seperti:
tipografi, susunan bentuk, ddan dengan bunyi seperti: persajakan, asonansi,
aliterasi, kiasan bunyi, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya
bahasa dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan itu penyairmempergunakan
banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis
sebanyak mungkin. Antara unsur penyataan (ekspresi), saana kepuitisan yang satu
dengan yang lainnya saling membantu, saling memperkuat, dengan kesejajarannya
ataupun pertentangannya, semua itu untuk mendaatka kepuitisan seefektif
mungkin, dan seintensif mungkin (Pradopo 1999:13).
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
Pembahasan puisi dalam
rangka pengjaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan di arahkan pada tradisi
pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi dapat di
pakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema
atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Kepuitisan,
keartistikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1. Figura bahasa (figurative language)
seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi
menjadi segar,hidup,menarik dan memberikan kejelasan gambaran angan.
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu
kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang
sudah diberi suasana tertentu, berisi prasaan dan pengalaman jiwa penyair
sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata konotatif yaitu kata-kata yang
sudah diberi tambahan nila-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk
mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alasan-alasan
yang melandasi penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagi
berikut :
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup
manusia
Perekaman dan
penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat di lakukan dengan suatu
kemampuan yang di sebut “imaginative entry” yaitu kemampuan menghubungkan
pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang di tuangkan penyair dalam
puisinya.
2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran
individual.
Dengan membaca puisi
mahasiswa dapat di ajak untuk dapat menjenguk hati/penyair manusia, baik orang
lain maupun diri sendiri.
3. Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan
kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk social, yang terlibat
dalam issue dan problem social. Secara imaginative puisi dapat menafsirkan
situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
Ø Penderitaan atas ketidakadilan
Ø Perjuangan untuk kekuasaan
Ø Konflik dengan sesama
Ø Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Alasan mengapa puisi dihubungkan dengan ilmu budaya
dasar :
a)
Puisi
mencerminkan budaya si penulis
b)
Puisi memiliki
berbagai gaya bahasa,dan bahasa merupakan salah satu unsur budaya
c)
Puisi merupakan
bagian dari kesenian,dan kesenian adalah salah satu unsur budaya
Gunadarma
Setiap pagi
aku selalu datang
Untuk menuntut
ilmu pengetahuan
Sangat
istimewa berada di kampus tercinta pada pagi hari
Alangkah indah
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh
Terimakasih
Universitas Gunadarma
Terimakasih
para dosen Gunadarma
Telah
mendidik-ku sepanjang waktu
Membuat aku
kagum padamu
Semoga
harapan-ku tercapai selama di Gunadarma
Aku berjuang
di kampus ini
Semoga kelak
menjadi orang yang berguna
Aku juga senang
kuliah di Gunadarma
Karena …
Aku bertemu
dan bersama
keluarga dan
lingkungan baru yang berbeda-beda suku bangsa
Semoga kita
bisa mencapai IPK yang dinginkan
Dan lulus
kuliah bersama ( 4 /3,5 tahun )... Aamiin.
Terimakasih
Gunadarma...
Sumber :
http://galihandikamp.blogspot.co.id/2015/03/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam.html#!/2015/03/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar