Pengertian Ilmu Alamiah Dasar ( IAD ) :
IAD
bukanlah suatu ilmu tersendiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan
konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
Tujuan
Pengajaran IAD :
·
Memperkenalkan konsep-konsep dasar IPA
·
Memberikan wawasan pengetahuan,
pengertian, dan apresiasi terhadap obyek dan cara pemikiran serta cara
pendekataan dalam IPA dan teknologi.
·
Memberikan bekal untuk memanfaatkan
bahan dan cara pemikiran, cara pendekatan, serta hasil-hasil dalam IPA dan teknologi.
·
Mengembangkan interaksi yang selaras
antara disiplin-disiplin ilmu eksakta dan non-eksakta.
MITOS
Merupakan cerita yang
dibuat-buat, yang ada kaitannya dengan apa yang terdapat dialam.
Pada masa lalu, mitos dapat
diterima dan diyakini kebenarannya, karena:
·
Keterbatasan pengetahuan
·
Keterbatasan penalaran manusia
·
Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
Macam-macam mitos:
mitos sebenarnya, cerita rakyat, legenda.
Beberapa
contoh mitos di Indonesia :
1.
Mitos Dewi Nawang Wulan
Kerajaan Medangkamulan
yang terletak di Jawa Tengah sangat terkenal di seluruh Nusantara karena
kesuburannya. Rajanya terkenal sabar dan bijaksana. Baginda mempunyai seorang putri
yang sangat cantik. Dewi Nawangwulan namanya. Banyak raja dan pembesar yang
menginginkannya, namun belum ada yang berkenan di hati sang putri.
Kabar kecantikan Dewi
Nawangwulan terdengar pula kepada Prabu Adidarma, seorang raja muda yang sakti.
Walaupun kabar kecantikan Dewi Nawangwulan itu sudah tersiar kemana-mana, namun
Parbu Adidarma sendiri belum pernah melihatnya. Maka, timbul di hatinya untuk menyaksikan
kecantikan Dewi Nawangwulan. Dipanggilnya jin raksasa kepercayaannya melalui
suling sakti. Ditiupnya suling sakti itu, lalu muncullah jin raksasa itu untuk
mengangkat Dewi Nawangwulan dari peraduannya.
Malam hari, ketika Dewi
Nawangwulan sedang nyenyak tidur. Ia diangkat oleh jin raksasa dan dibawa ke
hadapan Prabu Adidarma. Betapa terkejutnya hati Dewi Nawangwulan setelah sadar
dari tidurnya, mengetahui dirinya berada di tempat lain. Di depannya berdiri
satria gagah yang belum pernah dikenalnya. Ksatria gagah itu memperkenalkan
dirinya sebagai Prabu Adidarma. Dalam hati Dewi Nawangwulan sangat marah.
"Lancang benar raja ini." walau hatinya kecut, namun ia berusaha
tetap tersenyum.
Prabu Adidarma sangat
terpesona melihat kecantikan Dewi Nawangwulan. Katanya Dewi Nawangwulan
"Aku bermaksud meminangmu Dewi Nawangwulan, bagaimana pendapatmu?" Dewi
Nawangwulan menjawab, "Hamba tidak berkeberatan Tuanku, hanya saja hamba
merasa heran bagaimana bisa terjadi hamba sampai di sini?"
Prabu Adidarma
tersenyum. Tanpa menaruh curiga diceritakan yang dialami oleh Dewi Nawangwulan
serta rahasia suling sakti. "Bolehkah hamba meminjamnya," kata Dewi
Nawangwulan selanjutnya. Tentu saja Dewi Nawangwulan tidak mengalami kesulitan
untuk memperolehnya. Setelah mendapatkan suling sakti Dewi Nawangwulan
memanggil jin raksasa. Lalu diperintahkan untuk membawa dirinya kembali ke
Medangkamulan. Terperanjat hati Prabu Adidarma mengetahui akal Dewi
Nawangwulan. Baginda sangat murka dan merasa sangat tertipu. Kemudian
dikenakannya ketopong ajaib. Dalam sekejab
Baginda tidak terlihat
oleh mata biasa. Baginda menuju istana Medangkamulan menemui Dewi Nawangwulan.
Prabu Adidarma berteriak-teriak mengancam Dewi Nawangwulan.
Mendengar ancaman itu
Dewi Nawangwulan merasa takut. Ia mengenal suara itu adalah suara Prabu
Adidarma. Maka katanya,"Hamba merasa bersalah Tuan, perkenankanlah hamba
sujud di hadapan Paduka." Mendengar perkataan Dewi Nawangwulan yang lemah
lembut itu, luluhlah murka Baginda. Dilepaskan ketopong ajaib yang
dikenakannya, maka terlihat jelas
Baginda berdiri di
hadapan Dewi Nawangwulan. Ucap Dewi Nawangwulan, "Benar-benar Paduka
adalah raja sakti. Rahasia apakah gerangan yang membuat paduka dapat
menghilang?" "Ha, ha, ha, ha, ha ... hanya ini yang dapat membuatku
tak terlihat olehmu." Paduka tertawa gembira sambil menunjukkan ketopong
ajaib di tangannya. Dewi Nawangwulan menerima ketopong itu lalu dikenakan
dikepalanya. Dalam sekejab Dewi Nawangwulan tak terlihat oleh Prabu Adidarma.
Sambil menghilang Dewi Nawangwulan meniup suling sakti. Jin raksasa itu
diperintahkan untuk membawa Prabu Adidarma ke tengah hutan lebat. Perintah itu
segera dilaksanakan oleh jin raksasa. Di tengah hutan belantara, Prabu Adidarma
hidup sengsara. Tidak ada makanan yang bisa disantap. Tidur tak menentu dan
sewaktu-waktu dapat diserang binatang buas. Makin hari tubuh Baginda makin
kurus. Pakaian yang dikenakan sudah tak utuh lagi karena tersentuh onak dan
duri.
Pada suatu hari,
Baginda menemukan sebuah pohon yang berbuah agak lebat. Karena hausnya, tanpa
pikir panjang, Baginda menyantap buah yang berwarna hijau. Tidak lama kemudian
kepalanya terasa pusing. Baginda kemudian tertidur. Ketika terjaga dari
tidurnya ada suatu perasaan aneh yang menjalar di mukanya. Dirabanya dahi yang
merasa gatal. Alangkah terkejut hati Baginda setelah diketahuinya dahinya
bertanduk, seperti kerbau.
Hati Baginda amat
masygul, memikirkan keadaan dirinya. Karena begitu laparnya, Baginda tak
menghiraukan tanduk di kepalanya. Diambilnya lagi jambu yang berwarna merah,
lalu disantapnya. Rasa lapar hilanglah sudah, namun ada keajaiban yang terjadi.
Tanduk kini hilang. Kini Baginda mengerti bahwa bila memakan buah yang berwarna
hijau akan keluar tanduk di kepala, dan bila memakan buah yang berwarna merah
akan hilang tanduk itu. Betapa gembira hati Paduka setelah memikirkan hal itu.
Di ambilnya buah itu masing-masing yang berwarna merah maupun yang hijau, lalu
cepat-cepat mencari jalan keluar dari hutan belantara. Tempat yang dituju yaitu
Medangkamulan. Sampai di Medangkamulan, Baginda menemui dayang-dayang istana.
Kepada dayang-dayang itu diberikan jambu yang berwarna hijau. "Katakan
kepada Tuan Putri bahwa ini hasil kebunku sendiri. "Tanpa menaruh curiga
dayang-dayang itu membawa buah yang diberikan Prabu Adidarma kepada Tuan Putri.
Dewi Nawangwulan merasa gembira mendapatkan buah itu, tanpa pikir panjang dimakannya
buah yang segar itu. Tak lama kemudian kepala Dewi Nawangwulan terasa pening
dan mengantuk.
Ketika Dewi Nawangwulan
terjaga dari tidurnya. Ia terperanjat melihat kenyataan, kepalanya bertanduk.
Ia menangis tak henti-hentinya karena menahan malu. Berhari-hari Putri berduka,
tak mau makan, maupun minum. Ia mengurung diri dalam kamar. Makin hari badannya
makin kurus sehingga gering. Mendengar putrinya gering. Paduka Raja
Medangkamulan sangat berduka. Dipanggilnya tabib yang pandai untuk mengobati
putrinya, namun kesemuanya tak dapat menghilangkan tanduk sang putri. Lalu
Baginda mengumumkan sayembara. "Barangsiapa yang dapat menghilangkan
tanduk sang putri hingga pulih keadaannya seperti sediakala, bila wanita akan
diangkat sebagai saudara, bila laki-laki akan menjadi suami Dewi Nawangwulan.
Sejak diumumkan
sayembara, berdatangan para cerdik pandai, pertama, raja-raja yang datang untuk
mencoba mengobati sang putri. Namun, usaha mereka gagal. Dewi Nawangwulan
semakin kurus dan keadaannya sangat menyedihkan. Segera Prabu Adidarma merasa
kasihan, lalu mengikuti sayembara. Tidak ada orang yang mengenalinya karena
penampilannya yang sangat sederhana. Tiba di peraduan sang putri, Baginda
menyerahkan buah berwarna merah untuk dimakan. Mula-mula ia ragu-ragu. Tetapi
karena ingin cepat sembuh maka diturutinya apa perintah tabib yang
mengobatinya. Tidak begitu lama, keajaiban terjadi. Tanduk sang putri berangsur
hilang. Sang putri sembuh kembali.
Baginda Raja
Medangkamulan merasa sangat berbahagia. Dipanggilnya tabib yang dapat mengobati
Dewi Nawangwulan, lalu sabdanya, " Siapakah sebenarnya engkau Ki Sanak?
Kesaktianmu sungguh luar biasa." Prabu Adidarma tak dapat berbohong kepada
raja. Ia mengaku terus terang. Baginda bertambah gembira karena akan bermenantukan
seorang Raja yang sakti. Mendengar pengakuan Prabu Adidarma, Dewi Nawangwulan
menjadi malu serta merasa bersalah sampai akhir hayatnya.
1.
Legenda Dewi Sri
Konon kabarnya, dahulu kala bertahtalah Batara Guru
di Kayangan. Batara Guru memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada suatu hari
Batara Guru mengumpulkan dewa di seluruh Kayangan. Setelah dewa-dewa itu
berkumpul, maka berkatalah Batara Guru, “Wahai, para Dewa. Hari ini kita akan
membangun sebuah istana baru lagi. Bersediakah kalian membantuku?” “Tentu
bersedia”, jawab dewa-dewa itu.
Keesokan harinya pada dewa sibuk mengangkat bahan
bangunan istana itu. Ada yang memikul batu, ada pula yang menggotong kayu.
Bahkan beberapa dewa menjaga keamanan bahan-bahan bangunan itu. Di
tengah-tengah kesibukan itu, tampaklah Dewa Anta duduk termenung. Ia bersedih
hati dan meneteskan air mata.
Tiba-tiba datanglah Batara Narada menghampiri Dewa
Anta. Kata Batara Narada. “Aduhai Dewa Anta, mengapa anda bersedih saja? Adakah
sesuatu yang menggangu anda? Katakanlah, Dewa Anta, Katakanlah!” “Oh, Batara
Narada! Sesungguhnya hamba merasa bersedih, sebab hamba tidak dapat membantu
Batara Guru membangun istana baru itu. Kedua tangan hamba buntung, sedangkan
kedua kaki hamba lumpuh. Apakah yang akan hamba kerjakan?”
Mendengar jawaban Dewa Anta itu, Batara narada
merangkulnya, seraya berkata, “Hapuslah air matamu, Dewa Anta!, marilah kita
menghadap Batara Guru.” Tiba-tiba butir-butir air mata Dewa Anta itu berubah
menjadi tiga butir telur. Dewa Anta memandangi telur itu. “Nah, Dewa Anta,
bawalah ketiga butir telur itu e hadapan Batara Guru!” perintah Batara Narada.
“Baiklah, Batara Narada,” ujar Dewa Anta lagi. Ketiga butir telur itu dikulum
dalam mulut Dewa Anta. Kemudian merekapun berangkat menuju Batara Guru di
Istana kayangan. Dewa Anta didukung Batara Narada Di tengah perjalanan mereka
bertemu dengan seekor burung garuda. Sambil mengepakkan sayapnya burung garuda
itu mendekati Dewa Anta, dan berkata, “Hai Dewa Anta! Sudah lama benar kita tak
berjumpa. Mau pergi kemana anda sekarang?” Dewa Anta diam saja, sebab mulutnya
penuh dengan tiga butir telur tadi. Berkali-kali burung garuda itu bertanya,
namun Dewa Anta tetap tidak menjawab. Hilanglah kesabaran burung garuda itu,
lalu membentak, “Hai Dewa Anta! Rasakanlah balasanku!” Sambil berteriak, burung
garuda itu melukai mulut Dewa Anta. Akhirnya keluarlah dua butir telur dari
mulut Dewa Anta dan jatuh ke bumi. “O, Batara Narada! Tolonglah hamba dari
siksaan burung ini! Tak tahan rasanya hamba menderita seperti ini! Keluh Dewa
Anta kesakitan. Batara Narada tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali memegang erat
tubuh Dewa Anta “Hai, Dewa Anta! Benda apakah yang keluar dari mulutmu itu?”
tanya burung garuda keheranan “Dua butir telur yang akan kami persembahkan
kepada Batara Guru,” jawab Batara Narada. Dewa Anta masih terdiam saja, sebab
masih ada sebutir telur lagi dalam mulutnya “Ha.... ha.....” burung garuda
tertawa. “Rupanya kamu hanya pandai bertelur saja, tetapi tidak pandai
menetaskannya. Sekarang puaslah hatiku, sebab kematian anak-anakku olehmu
dahulu, telah terbayar!” ujar burung garuda lagi, lalu terbang meninggalkan
mereka.
Kedua butir telur itu jatuh berguling-guling.
Setibanya di atas tanah lalu pecah dan berubah menjadi babi hutan dan tikus
sawah Batara Narada dan Dewa Anta meneruskan perjalanan lagi. Sesampainya di
Istana kayangan, bersujudlah Dewa Anta, “Ampun Batara Guru!” sembah Dewa Anta.
“Hamba hanya dapat mempersembahkan satu butir telur ini” Batara Guru guru
membalas, “Wahai, Dewa Anta, demi kebahagianmu peliharalah kembali telur itu,
sampai menetas nanti!” Dewa Anta membawa kembali telur yang sebutir itu. Dari
hari ke hari telur itu dipelihara oleh Dewa Anta Pada suatu hari telur itupun
menetaslah. Di dalam telur itu terbaring seorang putri. Putri itu di beri nama
Dewi Sri. Maka Batara Guru pun mengutus Batara narada menjemput Dewi Sri.
Dewa di kayangan tahu pula, bahwa Dewi Sri telah
lahir. Ketika Batara Narada sampai dikediaman Dewa Anta, berkatalah ia, “Dewa
Anta, sekarang telur itu sudah menetas. Atas perintah Batara Guru, Dewi Sri
akan kubawa menghadap Batara Guru Dewa Anta dan Dewi Sri sedih sekali, sebab
mereka harus berpisah. Kemudian Dewi Sri bersujud, “Ampunilah hamba, Dewa Anta.
Bukan hamba menolah perintah Batara Guru, hanya kalau diizinkan hamba ingin
berbakti dulu disini.” Sudahlah, Dewi Sri. Sekarang juga anda harus berangkat
bersama Batara Guru!” Batara Guru sangat sayang kepada Dewi Sri. Dewi-dewi yang
lain sangat iri kepada Dewi Sri. Oleh karena itulah pada suatu hari Dewi Sri
diracun oleh mereka, lalu di buang ke bumi. Dewi Sri menghembuskan napasnya
yang penghabisan. Sementara itu penduduk bumi berkerumun di dekat mayat Dewi
sri. Mereka mengubur mayat tersebut.
Lama kelamaan tumbuhlah tanaman padi diatas kuburan
Dewi sri. Melihat peristiwa itu, berkatalah Batara Guru, “Wahai seluruh
penduduk bumi! Lihatlah tanaman padi itu! Peliharalah baik-baik agar supaya
tumbuh subur! Disamping itu jagalah serangan babi hutan dan tikus sawah!” Sejak
itulah penduduk bumi menanam dan memelihara tanaman yang dinamakan padi untuk
makanan sehari-hari.
1. Cerita
Rakyat Lutung Kasarung
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri
bernama Purbasari. Dia merupakan anak bungsu dari Prabu Tapa Agung yang
merupakan raja kerajaan pasir batang. Purbasari memiliki enam orang kakak
perempuan yaitu Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik
dan Purbaleuih.
Purbasari sangat baik sifat dan kelakuannya. Dia
lembut, manis budi, ddan suka menolong. Siapapun juga yang membutuhkan
pertolongan dengan senang hati dibantunya. Selain hatinya yang elok, Purbasari
juga memiliki paras yang cantik dan rupawan, setiap orang yang melihatnya pasti
jatuh hati pada pandangan pertama. Sayangnya kecantikan dan kebaikan hati
purbasari tidak menurun dari kakak sulungnya Purbararang yang berperangai
sangat buruk. Walaupun cantik Purbararang sangat kasar, sombong, kejam dan iri
hati terhadap siapapun juga.
Setelah bertahta dalam waktu yang cukup lama, Prabu
Tapa Agung berniat turun tahta. Telah dipikirkan masak-masak, bahwa untuk
melanjutkan kepemimpinannya dia akan menunjuk Purbasari. Sang Prabu telah
mengamati selama puluhan tahun bahwa Purbasari adalah sosok yang paling pantas
menggantikannya, bukan Purbararang walaupun Purbararang adalah anak sulungnya.
Pemikirian dari sang Prabu yang bijaksana ini terutama karena sifat dan
perilaku anak sulungnya yang buruk. Prabu Tapa agung khawatir, jika Purbararang
menjadi Raja maka ketentraman dan kedamaian kehidupan rakyat akan terganggu dan
bahkan menjadi rusak akibat kepemimpinan Purbararang yang memiliki sifat sangat
buruk.
Dihadapan seluruh pembesar kerajaan dan juga ketujuh
putrinya raja, Prabu Tapa Agung menyerahkan takhtanya kepada Purbasari. Prabu
Tapa Agung lantas meninggalkan istana kerajaannya untuk memulai hidup barunya
sebagai pertapa.
Purbararang sangat marah luar biasa mendapati takhta
Kerajaan Pasir Batang diserahkan kepada adik bungsunya dan tidak kepada
dirinya. Maka, berselang satu hari sejak penobatan Purbasari menjadi Ratu
Kerajaan Pasir Batang, Purbararang menghubungi Indrajaya tunangannya. Keduanya
kemudian meminta bantuan nenek sihir untuk mencelakai Purbasari.
Nenek sihir jahat memberikan boreh (zat berwarna
hitam yang dibuat dari tumbuhan) kepada Purbararang. Nenek sihir itu berkata.”
Semburkan boreh ini kewajah dan seluruh tubuh dari Purbasari.” Purbararang
segera melaksanakan pesan dari si nenek sihir. Boreh itu disemburkan ke wajah
dan seluruh tubuh Purbasari. Akibatnya diseluruh tubuh Purbasari bermunculan
bercak-bercak hitam yang mengerikan. Dengan kondisi tersebut Purbararang
memiliki alsan untuk mengusir Purbasari dari istana. “ Orang yang dikutuk
hingga memiliki penyakit mengerikan ini tidak pantas menjadi Ratu kerajaan
Pasir Batang. Sudah seharusnya dia diasingkan ke hutan agar penyakitnya tidak
menular.” Kata Purbararang.
Purbararang kemudian mengambil tahta Kerajaan Pasir
Batang. Dia memerintahkan Uwak Batara yang merupakan penasihat istana
mengasingkan Purbasari ke hutan.
Ketika Purbasari tengah diasingkan dihutan,
terjadilah masalah besar di khayangan. Pangeran Guru Minda tidak berkenan
menikah dengan bidadari khayangan seperti yang diperintahkan Sunan Ambu ibunya.
Pangeran Guruminda hanya berkenan menikah dengan perempuan yang kecantikannya
setara dengan Sunan Ambu ibunya.
Sunan ambu menjelaskan bahwa sosok perempuan yang
secantik dirinya hanya akan ditemui Pangeran Guruminda di dunia manusia. Namun
jika pangeran Guruminda bersikeras ingin menemui wanita sesuai keinginannya
itu, dia harus pergi ke dunia tidak dalam bentuk pangeran Guruminda yang gagah
dan tampan, melainkan harus dalam wujud penyamaran berupa lutung.” Lutung
kasarung namamu.” Kata sunan Ambu.” Apakah engkau bersedia melakukannya?” Pangeran
Guruminda menyatakan kesediannya. Setelah menjelma menjadi seekor Lutung
Kasarung, Pangeran Guru Minda segera turun ke dunia manusia. Dia tiba di hutan.
Dalam waktu singkat saja Lutung Kasarung sudah menjadi raja para lutung dan
kera dihutan tersebut. Hal ini sangat wajar karena tidak ada kera dan lutung
yang mampu menandingi kesaktian, kecerdasan dan kekuatan dari Pangeran
Guruminda.
Lutung Kasarung mengetahui keburukan dan kekejaman
dari Purbararang yang bertakhta sebagai ratu di kerajaan Pasir Batang. Lutung
Kasarung atau Pangeran Guruminda benar-benar ingin memberi pelajaran kepada
Ratu yang kejam tersebut. Maka, ketika dia mendengar rencana Purbararang
mencari hewan kurban di hutan, Lutung Kasarung membiarkan dirinya ditangkap
oleh orang-orang suruhan Purbararang. Sebelum dijadikan hewan kurban, Lutung
Kasrung tiba-tiba mengamuk dan menimbulkan kerusakan di istana Pasir Batang.
Para prajurit kerajaan Pasir Batang yang berniat menangkapnya dibuat tidak
berdaya. Kalang kabut semua yang berniat meringkusnya. Lutung Kasarung
sepertinya menunjukan permusuhan dengan semua prajurit Kerajaan Pasir Batang.
Melihat kondisi prajuritnya yang terus terdesak.
Purbararang meminta Uwak Barata untuk menjinakan Lutung Kasarung. Anehnya saat
Uwak Batara maju ke medan laga, Lutung Kasarung seperti tidak berniat menyakiti
Uwak Batara. Bahkan saat Uwak Batara menangkapnya Lutung Kasarung tidak
melawan. Purbararang segera meminta Uwak Batara membuang Lutung Kasarung ke
hutan dimana Purbasari diasingkan. Dia menghendaki Purbasari tewas dimangsa
Lutung Kasarung yang dianggapnya sebagai hewan buas.
Uwak Batara Lengser membawa Lutung Kasarung ke hutan
dimana Purbasari diasingkan. Uwak Batara Lengser yakin bahwa Lutung Kasarung
bukanlah hewan biasa, oleh karena itu dia memberikan pesan kepada Lutung
Kasarung saat mereka bertemu Purbasari.” Lutung, puteri yang saat ini ada
didepanmu adalah putri dari Prabu Tapa Agung. Ia adalah Putri yang baik hati
dan seharusnya menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang. Hanya karena kekuatan
jahatlah dia diasingkan dan tersingkir ke hutan ini. Oleh karena itu hendaklah
engkau menjaga junjungan kami ini.”
Lutung Kasarung menganggukan kepala tanda mengerti.
Maka sejak saat itu Lutung Kasarung menjadi penjaga sekaligus menjadi sahabat
dekat Purbasari. Dengan hadirnya Lutung Kasarung disisinya membuat kesedihan
Purbasari perlahan sirna. Dia mendapatkan sahabat yang menghibur dan melindunginya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Lutung Kasarung memerintahkan para kera
untuk membawa makanan dan buah-buahan untuk Purbasari. Kelembutan hati,
kebaikan dan sifat baik Purbasari membuat Lutung Kasarung semakin lama semakin
sayang kepada Purbasari. Sedangkan sikap tanggung jawab, kepemimpinan dan
kecerdasan dari Lutung Kasarung membuat Purbasari menjadi jatuh cinta. Semakin
lama mereka merasa tidak dapat dipisahkan lagi.
Tanpa diketahui Purbasari, Lutung Kasarung memohon
kepada ibundannya Sunan Ambu untuk dibuatkan taman yang indah dengan tempat
pemandian untuk Purbasari. Sunan ambu lantas memerintahkan para dewa dan para
bidadari turun ke bumi untuk mewujudkan keinginan dari putranya. Para Dewa dan
Bidadari membuatkan taman dan tempat mandi yang sangat indah untuk Purbasari.
Pancurannya terbuat dari emas murni. Dinding dan lantainya terbuat dari batu
pualam. Air telaga yang mengalir berasal dari telaga kecil yang murni bersih
dan dengan doa-doa dari para dewa. Para Dewa dan Bidadari menyebut taman yang
indah itu Jamban Salaka. Selain dibuatkan telaga dan taman yang indah, para
bidadari menyiapkan beberapa pakaian indah untuk Purbasari. Pakaian itu sangat
indah dan lembut. Terbuat dari awan yang lembut dengan hiasan batu-batu permata
dari dalam lautan. Tidak ada pakaian di dunia ini yang mampu menandingi
keindahan pakaian Purbasari.
Pada saat melihat telaga dengan pancuran yang indah.
Purbasari segera berniat mandi untuk membersihkan diri. Pada saat itulah boreh
kutukan yang menempel di wajah dan tubuhnya perlahan sirna. Kecantikannya telah
kembali. Lutung Kasarung yang melihat hal tersebut menjadi terperangah tidak
menyangka orang yang selama ini disayangi ternyata wanita yang sangat cantik
mempesona. Bahkan kecantikan Purbasari dapat mengalahkan kecantikan dari Sunan
Ambu. Lutung Kasarung dan Purbasari sangat senang dengan keadaan ini. Walaupun
Purbasari telah kembali kewujudnya yang cantik rupawan, kasih sayang Purbasari
terhadap Lutung Kasarung tidak berkurang, malah bisa dikatakan semakin bertambah.
Kabar mengenai kembalinya kecantikan Purbasari
didengar Purbararang. Purbararang tidak percaya dengan berita ini, dia masih
percaya diri karena tahu bahwa boreh yang disemburkan kepada Purbasari
mengandung kutukan yang sangat jahat dan kuat. Purbararang lantas mengajak tunangannya
untuk melihat kebenaran berita tersebut. Betapa kagetnya dia melihat Purbasari
telah kembali kesosok nya yang cantik rupawan. Purbasari terlihat semakin
mempesona dengan balutan pakaian dari para bidadari.
Purbararang khawatir, telah kembalinya kecantikan
adiknya Purbasari akan mengancam takhta yang saat ini dikuasainya. Dia pun
memutar otak mencari cara untuk kembali menyingkirkan adiknya tersebut, bahkan
kali ini dia berniat menyingkirkan Purbasari untuk selama-lamanya. Purbararang
lantas menantang Purbasari untuk beradu panjang rambut. Katanya.” Jika rambutku
lebih panjang dibandingkan rambut Purbasari, maka leher Purbasari harus
dipenggal algojo kerajaan.”
Purbararang menelan kekecewaan yang besar setelah
terbukti rambutnya yang sebetis kalah panjang dengan rambut Purbasari yang
sepanjang tumit. Purbararang sangat malu mendapati kekalahannya. Untuk menutupi
kekalahannya. Purbararang mengemukakan tantangan baru untuk Purbasari. Tidak
tanggung-tanggung tantangan ini diucapkan didepan seluruh masyarakat Kerajaan
Pasir Batang. Dengan suara lantang agar didengar warga masyarakat, Purbararang
berkata.” Jika wajah tunanganmu lebih tampan dibandingkan wajah tunanganku,
takhta Pasir Batang akan kuserahkan kepadamu. Namun jika sebaliknya, maka
engkau hendaklah merelakan lehermu dipenggal algojo kerajaan.” Purbasari paham
dia tidak akan mampu menang pada tantangan kali ini. Namun cintanya kepada
Lutung Kasarung membuatnya tegar. Dia menggenggam tangan Lutung Kasarung. “ Aku
mencintaimu dan ingin engkau menjadi suamiku.” Ucapnya kepada Lutung Kasarung.
Air mata berlinang mengalir dikedua pipinya. Lutung Kasrung balas menggenggam
tangan Purbasari kemudian mengusap air mata dipipi putri cantik jelita itu.
Purbararang tertawa terbahak-bahak.” Monyet hitam
itu tunanganmu?”
“ Iya.” Jawab Purbasari lantang dan mantap.
Sebelum Purbararang memerintahkan algojo untuk
memenggal Purbasari. Lutung Kasarung tiba-tiba duduk bersila dengan mata
terpejam. Mulutnya terlihat komat-kamit. Tiba-tiba asap tebal menyelimuti tubuh
Lutung Kasarung. Tidak dalam waktu yang lama, asap tebal menghilang, sosok
lutung kasarung dengan wajah jelek, menghilang seiring berlalunya asap pekat.
Berganti dengan sosok Pangeran guru Minda yang sangat tampan dan gagah.
Lutung Kasarung berubah menjadi Pangran guruminda
yang tampan
Terperanjatlah semua yang hadir ditempat itu
mendapati keajaiban yang luar biasa tersebut. Betapa tampannya Pangeran Guru
Minda, bahkan sangat jauh melebihi ketampanan Indrajaya tunangan dari
Purbararang.
Pangeran Guruminda lantas mengumumkan bahwa ratu
kerajaan Pasri Batang yang sebenarnya adalah Purbasari. Purbararang telah
mengalami kekalahan dari tantangan yang dibuatnya sendiri.
Dalam kondisi seperti itu, Purbararang tidak dapat
menyangkal dan mau tidak mau mengakui kekalahannya. Tidak ada lagi yang dapati
diperbuatnya selain menyerakan takhta kerajaan pasri batang kepada adiknya
Purbasari. Dia pun memohon ampun atas kejahatan yang telah dilakukannya bersama
Indrajaya tunangannya. Dengan kebaikan hatinya, Purbasari memaafkan kesalahan
kakak sulungnya itu.Purbasari memaafkan kesalahan Purbararang
Sejak saat itu Purbasari kembali bertakhta sebagai
Ratu. Segenap rakyat sangat bergembira menyambut ratu mereka yang baru, dan
sekaligus terlepas dari belenggu pemerintahan Purbararang yang jahat. Mereka
semakin berbahagia mengetahuii bahwa Ratu Mereka Purbasari menikah dengan
Pangeran guruminda yang tampan dan gagah. Purbasari dan Pangeran guruminda pun
hidup berbahagia
PUISI
By: IIN
Sahabat Jadi Cinta
Cinta yang selalu kurasakan saat bersamamu
apakah aku telah
jatuh cinta padamu?
apakah aku mulai suka
denganmu?
Cinta bila memang
begitu kenapa baru
nampak…
kenapa baru muncul perasaan itu
setelah sekian lama
kita bersama
bersama dalam
menjalani persahabatan…
Cinta bila memang benar ada perasaan itu
katakanlah secepatnya
jangan
kau buat aku
bertanya-tanya
akan perasaanku ini …
Sumber
:
Buku Putri Limaran, Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah
helen.staff.gunadarma.ac.id