Minggu, 19 Maret 2017

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar



Pengertian Ilmu Alamiah Dasar ( IAD ) :

 IAD mempermasalahkan struktur dan berlangsungnya dunia alam.

IAD bukanlah suatu ilmu tersendiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.

 

Tujuan Pengajaran IAD :

·         Memperkenalkan konsep-konsep dasar IPA

·         Memberikan wawasan pengetahuan, pengertian, dan apresiasi terhadap obyek dan cara pemikiran serta cara pendekataan dalam IPA dan teknologi.

·         Memberikan bekal untuk memanfaatkan bahan dan cara pemikiran, cara pendekatan, serta hasil-hasil dalam IPA dan teknologi.

·         Mengembangkan interaksi yang selaras antara disiplin-disiplin ilmu eksakta dan non-eksakta.



MITOS

 

Merupakan cerita yang dibuat-buat, yang ada kaitannya dengan apa yang terdapat dialam.

Pada masa lalu, mitos dapat diterima dan diyakini kebenarannya, karena:

·         Keterbatasan pengetahuan

·         Keterbatasan penalaran manusia

·         Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

Macam-macam mitos: mitos sebenarnya, cerita rakyat, legenda.

 

Beberapa contoh mitos di Indonesia :

 

1.      Mitos Dewi Nawang Wulan

 



Kerajaan Medangkamulan yang terletak di Jawa Tengah sangat terkenal di seluruh Nusantara karena kesuburannya. Rajanya terkenal sabar dan bijaksana. Baginda mempunyai seorang putri yang sangat cantik. Dewi Nawangwulan namanya. Banyak raja dan pembesar yang menginginkannya, namun belum ada yang berkenan di hati sang putri.

Kabar kecantikan Dewi Nawangwulan terdengar pula kepada Prabu Adidarma, seorang raja muda yang sakti. Walaupun kabar kecantikan Dewi Nawangwulan itu sudah tersiar kemana-mana, namun Parbu Adidarma sendiri belum pernah melihatnya. Maka, timbul di hatinya untuk menyaksikan kecantikan Dewi Nawangwulan. Dipanggilnya jin raksasa kepercayaannya melalui suling sakti. Ditiupnya suling sakti itu, lalu muncullah jin raksasa itu untuk mengangkat Dewi Nawangwulan dari peraduannya.

Malam hari, ketika Dewi Nawangwulan sedang nyenyak tidur. Ia diangkat oleh jin raksasa dan dibawa ke hadapan Prabu Adidarma. Betapa terkejutnya hati Dewi Nawangwulan setelah sadar dari tidurnya, mengetahui dirinya berada di tempat lain. Di depannya berdiri satria gagah yang belum pernah dikenalnya. Ksatria gagah itu memperkenalkan dirinya sebagai Prabu Adidarma. Dalam hati Dewi Nawangwulan sangat marah. "Lancang benar raja ini." walau hatinya kecut, namun ia berusaha tetap tersenyum.

Prabu Adidarma sangat terpesona melihat kecantikan Dewi Nawangwulan. Katanya Dewi Nawangwulan "Aku bermaksud meminangmu Dewi Nawangwulan, bagaimana pendapatmu?" Dewi Nawangwulan menjawab, "Hamba tidak berkeberatan Tuanku, hanya saja hamba merasa heran bagaimana bisa terjadi hamba sampai di sini?"

Prabu Adidarma tersenyum. Tanpa menaruh curiga diceritakan yang dialami oleh Dewi Nawangwulan serta rahasia suling sakti. "Bolehkah hamba meminjamnya," kata Dewi Nawangwulan selanjutnya. Tentu saja Dewi Nawangwulan tidak mengalami kesulitan untuk memperolehnya. Setelah mendapatkan suling sakti Dewi Nawangwulan memanggil jin raksasa. Lalu diperintahkan untuk membawa dirinya kembali ke Medangkamulan. Terperanjat hati Prabu Adidarma mengetahui akal Dewi Nawangwulan. Baginda sangat murka dan merasa sangat tertipu. Kemudian dikenakannya ketopong ajaib. Dalam sekejab

Baginda tidak terlihat oleh mata biasa. Baginda menuju istana Medangkamulan menemui Dewi Nawangwulan. Prabu Adidarma berteriak-teriak mengancam Dewi Nawangwulan.

Mendengar ancaman itu Dewi Nawangwulan merasa takut. Ia mengenal suara itu adalah suara Prabu Adidarma. Maka katanya,"Hamba merasa bersalah Tuan, perkenankanlah hamba sujud di hadapan Paduka." Mendengar perkataan Dewi Nawangwulan yang lemah lembut itu, luluhlah murka Baginda. Dilepaskan ketopong ajaib yang dikenakannya, maka terlihat jelas

Baginda berdiri di hadapan Dewi Nawangwulan. Ucap Dewi Nawangwulan, "Benar-benar Paduka adalah raja sakti. Rahasia apakah gerangan yang membuat paduka dapat menghilang?" "Ha, ha, ha, ha, ha ... hanya ini yang dapat membuatku tak terlihat olehmu." Paduka tertawa gembira sambil menunjukkan ketopong ajaib di tangannya. Dewi Nawangwulan menerima ketopong itu lalu dikenakan dikepalanya. Dalam sekejab Dewi Nawangwulan tak terlihat oleh Prabu Adidarma. Sambil menghilang Dewi Nawangwulan meniup suling sakti. Jin raksasa itu diperintahkan untuk membawa Prabu Adidarma ke tengah hutan lebat. Perintah itu segera dilaksanakan oleh jin raksasa. Di tengah hutan belantara, Prabu Adidarma hidup sengsara. Tidak ada makanan yang bisa disantap. Tidur tak menentu dan sewaktu-waktu dapat diserang binatang buas. Makin hari tubuh Baginda makin kurus. Pakaian yang dikenakan sudah tak utuh lagi karena tersentuh onak dan duri.

Pada suatu hari, Baginda menemukan sebuah pohon yang berbuah agak lebat. Karena hausnya, tanpa pikir panjang, Baginda menyantap buah yang berwarna hijau. Tidak lama kemudian kepalanya terasa pusing. Baginda kemudian tertidur. Ketika terjaga dari tidurnya ada suatu perasaan aneh yang menjalar di mukanya. Dirabanya dahi yang merasa gatal. Alangkah terkejut hati Baginda setelah diketahuinya dahinya bertanduk, seperti kerbau.

Hati Baginda amat masygul, memikirkan keadaan dirinya. Karena begitu laparnya, Baginda tak menghiraukan tanduk di kepalanya. Diambilnya lagi jambu yang berwarna merah, lalu disantapnya. Rasa lapar hilanglah sudah, namun ada keajaiban yang terjadi. Tanduk kini hilang. Kini Baginda mengerti bahwa bila memakan buah yang berwarna hijau akan keluar tanduk di kepala, dan bila memakan buah yang berwarna merah akan hilang tanduk itu. Betapa gembira hati Paduka setelah memikirkan hal itu. Di ambilnya buah itu masing-masing yang berwarna merah maupun yang hijau, lalu cepat-cepat mencari jalan keluar dari hutan belantara. Tempat yang dituju yaitu Medangkamulan. Sampai di Medangkamulan, Baginda menemui dayang-dayang istana. Kepada dayang-dayang itu diberikan jambu yang berwarna hijau. "Katakan kepada Tuan Putri bahwa ini hasil kebunku sendiri. "Tanpa menaruh curiga dayang-dayang itu membawa buah yang diberikan Prabu Adidarma kepada Tuan Putri. Dewi Nawangwulan merasa gembira mendapatkan buah itu, tanpa pikir panjang dimakannya buah yang segar itu. Tak lama kemudian kepala Dewi Nawangwulan terasa pening dan mengantuk.

Ketika Dewi Nawangwulan terjaga dari tidurnya. Ia terperanjat melihat kenyataan, kepalanya bertanduk. Ia menangis tak henti-hentinya karena menahan malu. Berhari-hari Putri berduka, tak mau makan, maupun minum. Ia mengurung diri dalam kamar. Makin hari badannya makin kurus sehingga gering. Mendengar putrinya gering. Paduka Raja Medangkamulan sangat berduka. Dipanggilnya tabib yang pandai untuk mengobati putrinya, namun kesemuanya tak dapat menghilangkan tanduk sang putri. Lalu Baginda mengumumkan sayembara. "Barangsiapa yang dapat menghilangkan tanduk sang putri hingga pulih keadaannya seperti sediakala, bila wanita akan diangkat sebagai saudara, bila laki-laki akan menjadi suami Dewi Nawangwulan.

Sejak diumumkan sayembara, berdatangan para cerdik pandai, pertama, raja-raja yang datang untuk mencoba mengobati sang putri. Namun, usaha mereka gagal. Dewi Nawangwulan semakin kurus dan keadaannya sangat menyedihkan. Segera Prabu Adidarma merasa kasihan, lalu mengikuti sayembara. Tidak ada orang yang mengenalinya karena penampilannya yang sangat sederhana. Tiba di peraduan sang putri, Baginda menyerahkan buah berwarna merah untuk dimakan. Mula-mula ia ragu-ragu. Tetapi karena ingin cepat sembuh maka diturutinya apa perintah tabib yang mengobatinya. Tidak begitu lama, keajaiban terjadi. Tanduk sang putri berangsur hilang. Sang putri sembuh kembali.

Baginda Raja Medangkamulan merasa sangat berbahagia. Dipanggilnya tabib yang dapat mengobati Dewi Nawangwulan, lalu sabdanya, " Siapakah sebenarnya engkau Ki Sanak? Kesaktianmu sungguh luar biasa." Prabu Adidarma tak dapat berbohong kepada raja. Ia mengaku terus terang. Baginda bertambah gembira karena akan bermenantukan seorang Raja yang sakti. Mendengar pengakuan Prabu Adidarma, Dewi Nawangwulan menjadi malu serta merasa bersalah sampai akhir hayatnya.



 
1.      Legenda Dewi Sri
 
Konon kabarnya, dahulu kala bertahtalah Batara Guru di Kayangan. Batara Guru memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada suatu hari Batara Guru mengumpulkan dewa di seluruh Kayangan. Setelah dewa-dewa itu berkumpul, maka berkatalah Batara Guru, “Wahai, para Dewa. Hari ini kita akan membangun sebuah istana baru lagi. Bersediakah kalian membantuku?” “Tentu bersedia”, jawab dewa-dewa itu.
Keesokan harinya pada dewa sibuk mengangkat bahan bangunan istana itu. Ada yang memikul batu, ada pula yang menggotong kayu. Bahkan beberapa dewa menjaga keamanan bahan-bahan bangunan itu. Di tengah-tengah kesibukan itu, tampaklah Dewa Anta duduk termenung. Ia bersedih hati dan meneteskan air mata.
Tiba-tiba datanglah Batara Narada menghampiri Dewa Anta. Kata Batara Narada. “Aduhai Dewa Anta, mengapa anda bersedih saja? Adakah sesuatu yang menggangu anda? Katakanlah, Dewa Anta, Katakanlah!” “Oh, Batara Narada! Sesungguhnya hamba merasa bersedih, sebab hamba tidak dapat membantu Batara Guru membangun istana baru itu. Kedua tangan hamba buntung, sedangkan kedua kaki hamba lumpuh. Apakah yang akan hamba kerjakan?”
Mendengar jawaban Dewa Anta itu, Batara narada merangkulnya, seraya berkata, “Hapuslah air matamu, Dewa Anta!, marilah kita menghadap Batara Guru.” Tiba-tiba butir-butir air mata Dewa Anta itu berubah menjadi tiga butir telur. Dewa Anta memandangi telur itu. “Nah, Dewa Anta, bawalah ketiga butir telur itu e hadapan Batara Guru!” perintah Batara Narada. “Baiklah, Batara Narada,” ujar Dewa Anta lagi. Ketiga butir telur itu dikulum dalam mulut Dewa Anta. Kemudian merekapun berangkat menuju Batara Guru di Istana kayangan. Dewa Anta didukung Batara Narada Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seekor burung garuda. Sambil mengepakkan sayapnya burung garuda itu mendekati Dewa Anta, dan berkata, “Hai Dewa Anta! Sudah lama benar kita tak berjumpa. Mau pergi kemana anda sekarang?” Dewa Anta diam saja, sebab mulutnya penuh dengan tiga butir telur tadi. Berkali-kali burung garuda itu bertanya, namun Dewa Anta tetap tidak menjawab. Hilanglah kesabaran burung garuda itu, lalu membentak, “Hai Dewa Anta! Rasakanlah balasanku!” Sambil berteriak, burung garuda itu melukai mulut Dewa Anta. Akhirnya keluarlah dua butir telur dari mulut Dewa Anta dan jatuh ke bumi. “O, Batara Narada! Tolonglah hamba dari siksaan burung ini! Tak tahan rasanya hamba menderita seperti ini! Keluh Dewa Anta kesakitan. Batara Narada tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali memegang erat tubuh Dewa Anta “Hai, Dewa Anta! Benda apakah yang keluar dari mulutmu itu?” tanya burung garuda keheranan “Dua butir telur yang akan kami persembahkan kepada Batara Guru,” jawab Batara Narada. Dewa Anta masih terdiam saja, sebab masih ada sebutir telur lagi dalam mulutnya “Ha.... ha.....” burung garuda tertawa. “Rupanya kamu hanya pandai bertelur saja, tetapi tidak pandai menetaskannya. Sekarang puaslah hatiku, sebab kematian anak-anakku olehmu dahulu, telah terbayar!” ujar burung garuda lagi, lalu terbang meninggalkan mereka.
Kedua butir telur itu jatuh berguling-guling. Setibanya di atas tanah lalu pecah dan berubah menjadi babi hutan dan tikus sawah Batara Narada dan Dewa Anta meneruskan perjalanan lagi. Sesampainya di Istana kayangan, bersujudlah Dewa Anta, “Ampun Batara Guru!” sembah Dewa Anta. “Hamba hanya dapat mempersembahkan satu butir telur ini” Batara Guru guru membalas, “Wahai, Dewa Anta, demi kebahagianmu peliharalah kembali telur itu, sampai menetas nanti!” Dewa Anta membawa kembali telur yang sebutir itu. Dari hari ke hari telur itu dipelihara oleh Dewa Anta Pada suatu hari telur itupun menetaslah. Di dalam telur itu terbaring seorang putri. Putri itu di beri nama Dewi Sri. Maka Batara Guru pun mengutus Batara narada menjemput Dewi Sri.
Dewa di kayangan tahu pula, bahwa Dewi Sri telah lahir. Ketika Batara Narada sampai dikediaman Dewa Anta, berkatalah ia, “Dewa Anta, sekarang telur itu sudah menetas. Atas perintah Batara Guru, Dewi Sri akan kubawa menghadap Batara Guru Dewa Anta dan Dewi Sri sedih sekali, sebab mereka harus berpisah. Kemudian Dewi Sri bersujud, “Ampunilah hamba, Dewa Anta. Bukan hamba menolah perintah Batara Guru, hanya kalau diizinkan hamba ingin berbakti dulu disini.” Sudahlah, Dewi Sri. Sekarang juga anda harus berangkat bersama Batara Guru!” Batara Guru sangat sayang kepada Dewi Sri. Dewi-dewi yang lain sangat iri kepada Dewi Sri. Oleh karena itulah pada suatu hari Dewi Sri diracun oleh mereka, lalu di buang ke bumi. Dewi Sri menghembuskan napasnya yang penghabisan. Sementara itu penduduk bumi berkerumun di dekat mayat Dewi sri. Mereka mengubur mayat tersebut.
Lama kelamaan tumbuhlah tanaman padi diatas kuburan Dewi sri. Melihat peristiwa itu, berkatalah Batara Guru, “Wahai seluruh penduduk bumi! Lihatlah tanaman padi itu! Peliharalah baik-baik agar supaya tumbuh subur! Disamping itu jagalah serangan babi hutan dan tikus sawah!” Sejak itulah penduduk bumi menanam dan memelihara tanaman yang dinamakan padi untuk makanan sehari-hari.


 
1.      Cerita Rakyat Lutung Kasarung
 

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri bernama Purbasari. Dia merupakan anak bungsu dari Prabu Tapa Agung yang merupakan raja kerajaan pasir batang. Purbasari memiliki enam orang kakak perempuan yaitu Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik dan Purbaleuih.
Purbasari sangat baik sifat dan kelakuannya. Dia lembut, manis budi, ddan suka menolong. Siapapun juga yang membutuhkan pertolongan dengan senang hati dibantunya. Selain hatinya yang elok, Purbasari juga memiliki paras yang cantik dan rupawan, setiap orang yang melihatnya pasti jatuh hati pada pandangan pertama. Sayangnya kecantikan dan kebaikan hati purbasari tidak menurun dari kakak sulungnya Purbararang yang berperangai sangat buruk. Walaupun cantik Purbararang sangat kasar, sombong, kejam dan iri hati terhadap siapapun juga.
Setelah bertahta dalam waktu yang cukup lama, Prabu Tapa Agung berniat turun tahta. Telah dipikirkan masak-masak, bahwa untuk melanjutkan kepemimpinannya dia akan menunjuk Purbasari. Sang Prabu telah mengamati selama puluhan tahun bahwa Purbasari adalah sosok yang paling pantas menggantikannya, bukan Purbararang walaupun Purbararang adalah anak sulungnya. Pemikirian dari sang Prabu yang bijaksana ini terutama karena sifat dan perilaku anak sulungnya yang buruk. Prabu Tapa agung khawatir, jika Purbararang menjadi Raja maka ketentraman dan kedamaian kehidupan rakyat akan terganggu dan bahkan menjadi rusak akibat kepemimpinan Purbararang yang memiliki sifat sangat buruk.
Dihadapan seluruh pembesar kerajaan dan juga ketujuh putrinya raja, Prabu Tapa Agung menyerahkan takhtanya kepada Purbasari. Prabu Tapa Agung lantas meninggalkan istana kerajaannya untuk memulai hidup barunya sebagai pertapa.
Purbararang sangat marah luar biasa mendapati takhta Kerajaan Pasir Batang diserahkan kepada adik bungsunya dan tidak kepada dirinya. Maka, berselang satu hari sejak penobatan Purbasari menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang, Purbararang menghubungi Indrajaya tunangannya. Keduanya kemudian meminta bantuan nenek sihir untuk mencelakai Purbasari.
Nenek sihir jahat memberikan boreh (zat berwarna hitam yang dibuat dari tumbuhan) kepada Purbararang. Nenek sihir itu berkata.” Semburkan boreh ini kewajah dan seluruh tubuh dari Purbasari.” Purbararang segera melaksanakan pesan dari si nenek sihir. Boreh itu disemburkan ke wajah dan seluruh tubuh Purbasari. Akibatnya diseluruh tubuh Purbasari bermunculan bercak-bercak hitam yang mengerikan. Dengan kondisi tersebut Purbararang memiliki alsan untuk mengusir Purbasari dari istana. “ Orang yang dikutuk hingga memiliki penyakit mengerikan ini tidak pantas menjadi Ratu kerajaan Pasir Batang. Sudah seharusnya dia diasingkan ke hutan agar penyakitnya tidak menular.” Kata Purbararang.
Purbararang kemudian mengambil tahta Kerajaan Pasir Batang. Dia memerintahkan Uwak Batara yang merupakan penasihat istana mengasingkan Purbasari ke hutan.
Ketika Purbasari tengah diasingkan dihutan, terjadilah masalah besar di khayangan. Pangeran Guru Minda tidak berkenan menikah dengan bidadari khayangan seperti yang diperintahkan Sunan Ambu ibunya. Pangeran Guruminda hanya berkenan menikah dengan perempuan yang kecantikannya setara dengan Sunan Ambu ibunya.
Sunan ambu menjelaskan bahwa sosok perempuan yang secantik dirinya hanya akan ditemui Pangeran Guruminda di dunia manusia. Namun jika pangeran Guruminda bersikeras ingin menemui wanita sesuai keinginannya itu, dia harus pergi ke dunia tidak dalam bentuk pangeran Guruminda yang gagah dan tampan, melainkan harus dalam wujud penyamaran berupa lutung.” Lutung kasarung namamu.” Kata sunan Ambu.” Apakah engkau bersedia melakukannya?” Pangeran Guruminda menyatakan kesediannya. Setelah menjelma menjadi seekor Lutung Kasarung, Pangeran Guru Minda segera turun ke dunia manusia. Dia tiba di hutan. Dalam waktu singkat saja Lutung Kasarung sudah menjadi raja para lutung dan kera dihutan tersebut. Hal ini sangat wajar karena tidak ada kera dan lutung yang mampu menandingi kesaktian, kecerdasan dan kekuatan dari Pangeran Guruminda.
Lutung Kasarung mengetahui keburukan dan kekejaman dari Purbararang yang bertakhta sebagai ratu di kerajaan Pasir Batang. Lutung Kasarung atau Pangeran Guruminda benar-benar ingin memberi pelajaran kepada Ratu yang kejam tersebut. Maka, ketika dia mendengar rencana Purbararang mencari hewan kurban di hutan, Lutung Kasarung membiarkan dirinya ditangkap oleh orang-orang suruhan Purbararang. Sebelum dijadikan hewan kurban, Lutung Kasrung tiba-tiba mengamuk dan menimbulkan kerusakan di istana Pasir Batang. Para prajurit kerajaan Pasir Batang yang berniat menangkapnya dibuat tidak berdaya. Kalang kabut semua yang berniat meringkusnya. Lutung Kasarung sepertinya menunjukan permusuhan dengan semua prajurit Kerajaan Pasir Batang.
Melihat kondisi prajuritnya yang terus terdesak. Purbararang meminta Uwak Barata untuk menjinakan Lutung Kasarung. Anehnya saat Uwak Batara maju ke medan laga, Lutung Kasarung seperti tidak berniat menyakiti Uwak Batara. Bahkan saat Uwak Batara menangkapnya Lutung Kasarung tidak melawan. Purbararang segera meminta Uwak Batara membuang Lutung Kasarung ke hutan dimana Purbasari diasingkan. Dia menghendaki Purbasari tewas dimangsa Lutung Kasarung yang dianggapnya sebagai hewan buas.
Uwak Batara Lengser membawa Lutung Kasarung ke hutan dimana Purbasari diasingkan. Uwak Batara Lengser yakin bahwa Lutung Kasarung bukanlah hewan biasa, oleh karena itu dia memberikan pesan kepada Lutung Kasarung saat mereka bertemu Purbasari.” Lutung, puteri yang saat ini ada didepanmu adalah putri dari Prabu Tapa Agung. Ia adalah Putri yang baik hati dan seharusnya menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang. Hanya karena kekuatan jahatlah dia diasingkan dan tersingkir ke hutan ini. Oleh karena itu hendaklah engkau menjaga junjungan kami ini.”
Lutung Kasarung menganggukan kepala tanda mengerti. Maka sejak saat itu Lutung Kasarung menjadi penjaga sekaligus menjadi sahabat dekat Purbasari. Dengan hadirnya Lutung Kasarung disisinya membuat kesedihan Purbasari perlahan sirna. Dia mendapatkan sahabat yang menghibur dan melindunginya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Lutung Kasarung memerintahkan para kera untuk membawa makanan dan buah-buahan untuk Purbasari. Kelembutan hati, kebaikan dan sifat baik Purbasari membuat Lutung Kasarung semakin lama semakin sayang kepada Purbasari. Sedangkan sikap tanggung jawab, kepemimpinan dan kecerdasan dari Lutung Kasarung membuat Purbasari menjadi jatuh cinta. Semakin lama mereka merasa tidak dapat dipisahkan lagi.
Tanpa diketahui Purbasari, Lutung Kasarung memohon kepada ibundannya Sunan Ambu untuk dibuatkan taman yang indah dengan tempat pemandian untuk Purbasari. Sunan ambu lantas memerintahkan para dewa dan para bidadari turun ke bumi untuk mewujudkan keinginan dari putranya. Para Dewa dan Bidadari membuatkan taman dan tempat mandi yang sangat indah untuk Purbasari. Pancurannya terbuat dari emas murni. Dinding dan lantainya terbuat dari batu pualam. Air telaga yang mengalir berasal dari telaga kecil yang murni bersih dan dengan doa-doa dari para dewa. Para Dewa dan Bidadari menyebut taman yang indah itu Jamban Salaka. Selain dibuatkan telaga dan taman yang indah, para bidadari menyiapkan beberapa pakaian indah untuk Purbasari. Pakaian itu sangat indah dan lembut. Terbuat dari awan yang lembut dengan hiasan batu-batu permata dari dalam lautan. Tidak ada pakaian di dunia ini yang mampu menandingi keindahan pakaian Purbasari.
Pada saat melihat telaga dengan pancuran yang indah. Purbasari segera berniat mandi untuk membersihkan diri. Pada saat itulah boreh kutukan yang menempel di wajah dan tubuhnya perlahan sirna. Kecantikannya telah kembali. Lutung Kasarung yang melihat hal tersebut menjadi terperangah tidak menyangka orang yang selama ini disayangi ternyata wanita yang sangat cantik mempesona. Bahkan kecantikan Purbasari dapat mengalahkan kecantikan dari Sunan Ambu. Lutung Kasarung dan Purbasari sangat senang dengan keadaan ini. Walaupun Purbasari telah kembali kewujudnya yang cantik rupawan, kasih sayang Purbasari terhadap Lutung Kasarung tidak berkurang, malah bisa dikatakan semakin bertambah.
Kabar mengenai kembalinya kecantikan Purbasari didengar Purbararang. Purbararang tidak percaya dengan berita ini, dia masih percaya diri karena tahu bahwa boreh yang disemburkan kepada Purbasari mengandung kutukan yang sangat jahat dan kuat. Purbararang lantas mengajak tunangannya untuk melihat kebenaran berita tersebut. Betapa kagetnya dia melihat Purbasari telah kembali kesosok nya yang cantik rupawan. Purbasari terlihat semakin mempesona dengan balutan pakaian dari para bidadari.
Purbararang khawatir, telah kembalinya kecantikan adiknya Purbasari akan mengancam takhta yang saat ini dikuasainya. Dia pun memutar otak mencari cara untuk kembali menyingkirkan adiknya tersebut, bahkan kali ini dia berniat menyingkirkan Purbasari untuk selama-lamanya. Purbararang lantas menantang Purbasari untuk beradu panjang rambut. Katanya.” Jika rambutku lebih panjang dibandingkan rambut Purbasari, maka leher Purbasari harus dipenggal algojo kerajaan.”
Purbararang menelan kekecewaan yang besar setelah terbukti rambutnya yang sebetis kalah panjang dengan rambut Purbasari yang sepanjang tumit. Purbararang sangat malu mendapati kekalahannya. Untuk menutupi kekalahannya. Purbararang mengemukakan tantangan baru untuk Purbasari. Tidak tanggung-tanggung tantangan ini diucapkan didepan seluruh masyarakat Kerajaan Pasir Batang. Dengan suara lantang agar didengar warga masyarakat, Purbararang berkata.” Jika wajah tunanganmu lebih tampan dibandingkan wajah tunanganku, takhta Pasir Batang akan kuserahkan kepadamu. Namun jika sebaliknya, maka engkau hendaklah merelakan lehermu dipenggal algojo kerajaan.” Purbasari paham dia tidak akan mampu menang pada tantangan kali ini. Namun cintanya kepada Lutung Kasarung membuatnya tegar. Dia menggenggam tangan Lutung Kasarung. “ Aku mencintaimu dan ingin engkau menjadi suamiku.” Ucapnya kepada Lutung Kasarung. Air mata berlinang mengalir dikedua pipinya. Lutung Kasrung balas menggenggam tangan Purbasari kemudian mengusap air mata dipipi putri cantik jelita itu.
Purbararang tertawa terbahak-bahak.” Monyet hitam itu tunanganmu?”
“ Iya.” Jawab Purbasari lantang dan mantap.
Sebelum Purbararang memerintahkan algojo untuk memenggal Purbasari. Lutung Kasarung tiba-tiba duduk bersila dengan mata terpejam. Mulutnya terlihat komat-kamit. Tiba-tiba asap tebal menyelimuti tubuh Lutung Kasarung. Tidak dalam waktu yang lama, asap tebal menghilang, sosok lutung kasarung dengan wajah jelek, menghilang seiring berlalunya asap pekat. Berganti dengan sosok Pangeran guru Minda yang sangat tampan dan gagah.
Lutung Kasarung berubah menjadi Pangran guruminda yang tampan
Terperanjatlah semua yang hadir ditempat itu mendapati keajaiban yang luar biasa tersebut. Betapa tampannya Pangeran Guru Minda, bahkan sangat jauh melebihi ketampanan Indrajaya tunangan dari Purbararang.
Pangeran Guruminda lantas mengumumkan bahwa ratu kerajaan Pasri Batang yang sebenarnya adalah Purbasari. Purbararang telah mengalami kekalahan dari tantangan yang dibuatnya sendiri.
Dalam kondisi seperti itu, Purbararang tidak dapat menyangkal dan mau tidak mau mengakui kekalahannya. Tidak ada lagi yang dapati diperbuatnya selain menyerakan takhta kerajaan pasri batang kepada adiknya Purbasari. Dia pun memohon ampun atas kejahatan yang telah dilakukannya bersama Indrajaya tunangannya. Dengan kebaikan hatinya, Purbasari memaafkan kesalahan kakak sulungnya itu.Purbasari memaafkan kesalahan Purbararang
Sejak saat itu Purbasari kembali bertakhta sebagai Ratu. Segenap rakyat sangat bergembira menyambut ratu mereka yang baru, dan sekaligus terlepas dari belenggu pemerintahan Purbararang yang jahat. Mereka semakin berbahagia mengetahuii bahwa Ratu Mereka Purbasari menikah dengan Pangeran guruminda yang tampan dan gagah. Purbasari dan Pangeran guruminda pun hidup berbahagia
 
 
 
 
 
PUISI
By: IIN



Sahabat Jadi Cinta



Cinta yang selalu kurasakan saat bersamamu

 apakah aku telah jatuh cinta padamu?

 apakah aku mulai suka denganmu?

 Cinta bila memang begitu kenapa baru

 nampak…

kenapa baru muncul perasaan itu

 setelah sekian lama kita bersama

 bersama dalam menjalani persahabatan…

Cinta bila memang benar ada perasaan itu

 katakanlah secepatnya jangan

 kau buat aku bertanya-tanya

 akan perasaanku ini …

 

 
 
 
 
 
 
 
Sumber :
Buku Putri Limaran, Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah
helen.staff.gunadarma.ac.id